Undangan yang kami terima relatif mendadak, seminggu sebelum pelaksanaan…tapi tanpa menimbang-nimbang saya langsung mengiyakan tawaran pak direktur untuk ikut ambil bagian dalam aksi nyata pelestarian lingkungan, yaitu penanaman gunung yang gundul atau reboisasi. Disamping mau menjadi salah satu bagian dari aksi nyata tersebut, saya juga berkeinginan untuk rehat sejenak dari rutinitas kuliah yang diblebeki dengan teori-teori saja.
Satu hari sebelum acara, saya bersama 3 relawan lain, budi, pupung dan niam bersiap untuk berangkat ke lokasi dengan menginap di desa terakhir, Desa Tempur, Kabupaten Jepara yang berada di kawah purba Muria.
Kamis, 27 Februari 2020 merupakan hari di mana diadakannya penanaman pohon. Lokasi yang dipilih adalah lokasi di sekitar Gunung Paluombo, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penanaman pohon ini diinisiasi Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Muria dan pemerintahan Desa Tempur. Desa Tempur sendiri merupakan desa yang berlokasi di tengah kawah purba Pegunungan Muria dengan pesona alam yang eksotis dengan komoditas produksi kopi sebagai unggulannya. Namun beberapa waktu silam, tepatnya pada 20 Maret 2006
Desa Tempur pernah dilanda bencana banjir bandang serta tawal tahun 2014 dengan adanya tanah longsor di sawah bongkor, kawasan Desa Tempur. Kekhawatiran masyarakat dan kesadaran pascabencana tersebut membuat masyarakat Desa Tempur lebih peduli menjaga kelestarian hutan. Usaha yang terlihat adalah semakin hijaunya kawasan sekitar Desa Tempur. Meski demikian, masih terdapat beberapa petak lahan yang terlihat gundul.
Salah satunya di kawasan petak gunung Paluombo yang merupakan kawasan rawan bencana longsor, karena berada pada lereng yang cukup terjal, dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Berdasarkan penuturan salah satu warga Desa Tempur, Zaenal (65-an tahun), area ini merupakan kawasan yang kritis dan rawan longsor. Selain tingkat kemiringan dan minimnya pohon, ada beberapa penyebab lainnya. Adanya kebakaran hutan di kawasan Paluombo sekitar tahun 1997 berdampak pada gundulnya hutan di kawasan tersebut.
“Sekarang sudah mendingan mas. Setelah dilakukan beberapakali penanaman. Kegiatan penanaman ini menjadi kali kedua, di mana pemerintah desa bekerja sama dengan PMPH sudah terlihat hasilnya. Bibit bibit pohonnya sudah tumbuh walau belum besar,” tutur Zaenal.
Lokasi menuju gunung Paluombo sangatlah mengagumkan pemandangannya juga ‘trak’nya, jalurnya dari Desa Tempur menuju ke puncak 29 melewati kebun kopi dan daerah makaman, dimana terdapat situs megalitikum. Reboisasi dimulai pada 10.00 WIB, selain kami ada juga pegiat lingkungan lainnya dan tentunya warga desa Tempur. Medan yang cukup curam serta jarak tempuh yang mencapai lima kilometer membuat beberapa relawan memilih mengendarai motor trail atau motor brondol (baca: modifikasi) yang biasa dipakai petani untuk meramban atau menengok kebunnya.
Kami, berempat memilih berjalan kaki untuk sampai ke tujuan, berangkat jam 08.00 dan sampai tujuan sekitar pukul 10.00-an, bertepatan dengan dimulainya acara penanaman yang dibuka oleh Plt Bupati Jepara. Penanaman berlangsung kurang lebih selama satu jam dan ditutup dengan pelepasan beberapa ekor burung sebagai simbolisasi bahwa alam perlu dijaga untuk generasi berikutnya.
Saya sangat senang, melihat antusiasme warga dalam penanaman serta tadi nampak juga adik-adik mahasiswa yang mengikuti kegiatan penanaman, dengan adanya penanaman-penanaman menjadi bukti masyarakat semakin sadar bahwa lingkungan alam itu harus dirawat” ujar Zaenal, yang juga salah satu tokoh masyarakat di Desa Tempur.
(* Loeby Galih Witantra, Relawan MRC Indonesia, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus)